Showing posts with label Adventure. Show all posts
Showing posts with label Adventure. Show all posts

Wednesday, February 16, 2011

Lembayung di Tidung dan Payung

Ada yang bilang jika sesuatu harus direncanakan dengan baik, hal yang gw terapkan pada setiap trip yang akan gw lakukan. Tapi untuk trip kali ini tidak sama sekali.
Sepulang dari gladi resik wisuda gw mencoba mengajak beberapa teman untuk sekedar jalan-jalan ke luar Jakarta. beberapa opsi antara lain ujung genteng, sukamantri atau pulau semak daun. Atas dasar gw dan teman minim jam terbang untuk snorkling...hehehe..maka diputuskan untuk menuju semak daun. Dari sekian orang yang sgw hubungi hanya Lebong dan Lendi yang siap berpetualang, Kami sepakat jalan subuh esok hari (3-2-11). Seperti biasa senjata ketika berpetualang selain perlengkapan yang memadai adalah kamera. Tak perlu basa-basi gw langsung menghubungi abang gw untuk meminjam kamera, tapi tak diduga doi malah ingin bergabung dengan gw. Jadi lah 4 orang menuju semak daun.




Sesampainya di Tidung, kami berharap ada rombongan lain yang menuju semak daun, sehingga kami bisa share biaya sewa kapal, setelah ditunggu tak ada rombongan lain yang menuju semak daun. Kami sepakat hanya untuk bermain di Tidung dan Payung.



Selama disana gw coba beberapa spot bagus buat snorkling dan tak lupa menguji adrenaline. Yap, mungkin kalian yang udah pernah ke tidung tahu jika disana terdapat jembatan yang menghubungkan tidung besar dan kecil. Jembatan tersebut diberi nama jembatan cinta, entah karena apa penamaannya menjadi demikian. tetapi yang jelas gw gak percaya mitosnya, setelah mencoba tanjakan cinta di Semeru dengan gak berhenti dan menoleh kebelakang dengan harapan mendapatkan cinta dan faktanya gw tetap jomblo..hahaha.

Ketinggian jembatan cinte sekitar 10 meter, takut juga awalnya buat lompat kebawah. tetapi karena malu dengan seorang cewek cantik yang begitu santainya lompat kebawah maka gw nekat lompat! alhasil badan pada sakit brew....haha

Sebenarnya masih banyak photo dan cerita. Berhubung tuh MMC dibawa ke Nepal dan otak gue lagi males mikir. Jadi sekian aje ah..hahaha

Thursday, November 18, 2010

Untuk Merapi


Pagi itu kereta api progo terlambat tiba di Stasiun Lempuyangan. Kedatangan Saya ke Jogja kali ini bukan untuk berplesir atau menonton persija berlaga, melainkan untuk menyalurkan bantuan yang berasal dari komunitas suporter di Jakarta untuk korban erupsi gunung merapi. Di stasiun saya dijemput oleh rekan saya dan langsung menuju daerah Condong Catur, Sleman. Penginapan yang saya tinggali hanya berjarak satu kilometer dari stadion maguwoharjo atau berjarak 25 kilometer dari Puncak Merapi. Sore hari dari Condong Catur terlihat kegagahan Merapi dengan kepulan asap yang membumbung tinggi.


Malam hari di Sleman sangat berbeda dengan di Jogjakarta, kondisi di Sleman lebih sepi ketika malam menjelang. Hal tersebut saya rasakan ketika harus membeli beberapa kebutuhan pokok guna melengkapi beberapa keperluan esok hari. Hujan debu meski tipis tetap menyesakkan dada serta membuat mata perih ketika saya mengendari sepeda motor mengeliling Sleman. Praktis tak ada kegiatan yang saya lakukan, selain berkoordinasi dengan posko jalin merapi untuk menentukan posko pengungsian yang akan didistribusikan kebutuhan bagi para pengungsi.


Minggu pagi hujan debu lebih terasa dan jelas terlihat daripada malam hari, keadaan tersebut membuat saya sedikit panik dan bergegas menggunakan masker. Mobil pick up bersiap mengantar saya dan beberapa teman menuju muntilan di Magelang. Ketika memasuki daerah Muntilan saya benar-benar terhenyak ketika menyaksikan pepohonan di sepanjang mata saya memandang mati mengering. Jalan raya tak ubahnya jalan kampung penuh debu dan jarak pandang tak lebih dari 10 meter. Disini saya melihat Merapi yang berbeda daripada beberapa bulan sebelumnya saya lihat, merapi sedang murka pikir saya.


Kondisi di posko jalin merapi tak jauh beda, debu-debu menutup semua peralatan para relawan yang terus bekerja tanpa pamrih. Saya benar-benar ingin teriak melihat kegigihan para relawan, tanpa harus menggunakan lambang di dada atau bendera di sepanjang jalan seperti yang dilakukan parpol. Tak ada maksud untuk menyombongkan diri atau pamrih dengan memberi bantuan secara langsung, saya ingin Merapi kembali indah, saya ingin lereng-lereng kembali dipenuhi masyarakatnya yang bercocok tanam dengan hidup arif, saya ingin mereka benar-benar kembali hidup berdampingan dengan merapi, merapi yang indah seperti beberapa bulan yang lalu saya kunjungi.

Sunday, August 29, 2010

Bike to Rawk!



Yeahh...Banyak jalan menuju Roma. begitu pula banyak jalan menuju sehat.
setelah sekian lama gak bersepeda, akhirnya gue putuskan untuk
bersepeda lagi (terpaksa karena motor rusak..hehe).

Kebetulan hari Kamis ada kumpul teman-teman sektor 13 di Pancoran.
gue niatin buat naek sepeda dari rumah gue di Moh kahfi II, berjarak sekitar 20Km.
Jarak tersebut dapat gue tempuh sekitar 35 menit saja
mungkin karena baru berbuka puasa jadi tenaga masih ON FIRE.
Pukul 00.00 wib gue bergegas pulang
tak disangka perjalanan pulang gue tempuh selama 2 jam..Wow!
mungkin karena tenaga sudah terkuras habis.
tapi sangat menyenangkan bersepeda sendirian di tengah malam.

BIKE TO RAWK!

Friday, August 6, 2010

Menapaki tanah tertinggi Jawa, puncak abadi para dewa

Dingin yang teramat menusuk membuat kami tak bisa tidur dengan nyenyak malam itu. Pagi itu desa ranu pane belum mulai beraktivitas, tetapi kami sudah mulai packing perlengkapan mulai pukul 03.00 dini hari. Kami menginap di kediaman Pak Tumari, salah seorang saksi evakuasi Soe Hok Gie 40 tahun yang lalu, namun kediaman Pak Tumari hanya ditinggali sanak keluarganya. Ia sendiri lebih memilih tinggal di Tumpang yang berjarak sekitar 20 km dari Ranu Pane. Desa Ranu Pane merupakan desa terakhir menuju gunung semeru yang dikelilingi perbukitan serta danau ranu regulo dan ranu pane. Sebenarnya ada jalur lain pendakian semeru, yakni melalui Desa glubuk klakah namun sangat berat serta tidak direkomendasikan untuk dilalui. Jalur ini biasa digunakan arek-arek Malang ketika mendaki semeru.


Jalan Potong dan kecelakaan Izul
Pukul 07.00 wib semua anggota tim yang berjumlah 12 orang telah siap untuk mendaki semeru. Setelah lebih dahulu berdoa, satu per satu anggota tim menyusuri jalan aspal hingga gerbang pendakian mengikuti rombongan dari Bandung yang ingin mendaki bersama namun hanya sampai ranu kumbolo. Kebetulan tim dari Bandung membawa seorang guide sehingga kami memutuskan mengikuti beliau melewati jalan potong, kondisi jalur tersebut dipenuhi semak belukar yang tinggi serta tanjakan bercabang. Sesekali kami istirahat mengatur kerja jantung sambil sesekali diselingi canda tawa. Tim dari Bandung terus melesat meninggalkan kami, kami memutuskan untuk tidak mengikuti tim tersebut. Jalan potong tersebut ternyata membelah punggungan hingga diujung jalan menuruni jalan licin. Satu per satu tim berhasil melewati hingga pada giliran terakhir,Izul melewati jalan tersebut dan terjatuh. Kondisi Izul ternyata diluar dugaan kami, kedua kakinya terkilir hingga tak mampu berjalan. Padahal perjalanan baru sekitar 30 menit dari Desa Ranu pane. Setelah berdiskusi diselingi debat maka diputuskan kami harus mengevakuasi Izul kembali ke Desa Ranu Pane. Untuk mempersingkat waktu, maka Saudara Dodi bersedia mengevakuasi Izul kembali, kebetulan Dodi hanya ingin sampai di ranu kumbolo dan tidak berniat ke Mahameru.

Perjalanan dilanjutkan dengan 10 anggota tim menuju Ranu Kumbolo, siang itu udara disepanjang perjalanan cukup lembab hingga membuat perjalanan tidak terlalu terik dan panas. Ketika menjelang pos 3-pos 4 atau kurang lebih 4 jam perjalanan kondisi tim mulai lemah terlebih lagi setelah pos 3 tim disuguhi medan yang terus menanjak hingga amat menguras tenaga. Setelah tertatih membawa berat beban, tim disuguhi pemandangan maha dahsyat, Ranu Kumbolo. Kejadiam itu spontan saja membuat tim kegirangan dan berlarian menuruni bukit menuju ranu Kumbolo. Danau ini terletak diketinggian sekitar 2400 mdpl, tentunya membuat udara di sekitar ranu kumbolo sangat dingin. Tim memutuskan untuk beristirahat untuk memulihkan kondisi badan. Setelah menyantap makanan, sekitar pukul 03.00 tim berangkat menaiki tanjakan cinta yang melegenda itu. Susah payah kami mendaki tanjakan tersebut dan ketika kami berhasil mendakinya, kami kembali disuguhi pemandangan maha dahsyat dari Sang Pencipta. Yakni, hamparan rumput dan bunga yang amat luas. Padang savana ini bernama Oro-oro ombo yang mirip dengan alun-alun surya kencana di Gunung Gede akan tetapi bekali-kali lipat lebih luas dan lebih lebat tumbuhan rumputnya.


Hipotermia
Tim mulai memasuki cemoro kandang, sebuah tempat yang sesuai dengan namanya “Kandangnya cemara” karena banyak sekali cemara yang tumbuh. Sekitar 15 menit dari awal cemoro kandang, tim mulai diguyur hujan. Kondisi tersebut berlangsung lumayan lama hingga tim memasuki arel Jambangan yang berada di bawah kaki Gunung bajangan. Hari mulai gelap ketika tim memasuki arel Jambangan serta hujan yang belum juga reda, hal tersebut membuat kondisi tim semakin memburuk ditambah lagi tak ada yang mengetahui sampai kapan kami harus berjalan sampai pos kalimati. Beberapa anggota tim mulai merasakan dingin yang sangat hebat, namun yang terparah adalah Upi. Tangan dan jarinya mengalami mati rasa yang parah, bahkan ketika tim memutuskan membakar tangannya untuk melancarkan peredaran darahnya ia tak dapat merasakan apapun. Kondisi tersebut membuat panik tim, akhirnya diputuskan tim harus cepat sampai kalimati untuk mendirikan tenda. Syukur Alhamdulillah, tak lama berselang tim tiba di Kalimati dan segera mendirikan tenda.

Berdasarkan jadwal yang telah ditentukan, tim seharusnya melakukan summit attack malam itu juga ketika tiba di kalimati. Akan tetapi kondisi cuaca sangat tidak memungkinkan dikarenakan hujan yang tak kunjung reda dan beberapa hari sebelumnya terjadi badai menuju mahameru. Maka diputuskan untuk menunda sehari menuju puncak. Selama di kalimati tim hanya berdiam di pos yang mirip seperti rumah karena hingga esok siang hujan juga belum reda.


Terlihatnya Mahameru dan start ke arcopodo
Berjam-jam tim menunggu cuacau bagus, hingga hari rabu sekitar pukul 14.00 wib tiba-tiba cuaca mulai bersahabat dan mahameru lambat laun terlihat dengan gagahnya berdiri. Kejadian tersebut kontan saja membuat semangat tim menjadi berkobar kembali. Maka diputuskan untuk melakukan summit attack nanti malam. Untuk mempersingkat waktu dan menghemat tenaga, maka tim memutuskan untuk mendirikan base camp di arcopodo dengan meninggalkan beberapa barang bawaan di kalimati. Ketika memasuki hutan arcopodo tim kembali diguyur hujan, tentu hal ini membuat kondisi kami panik. Tim merasa salah perhitungan dengan meninggalkan barang-barang penting di kalimati, alhasil tim berjuang melawan rasa dingin di arcopodo dengan tenda tanpa matras, makanan hanya cukup untuk 5 orang, dan beberapa minuman hangat. Selain itu beberapa anggota tim tidak membawa baju hangat cadangan ke arcopodo. Kondisi tersebut semakin memperparah kondisi tim, Lebong sampai harus kami telanjangi karena mengalami hipotermia yang cukup parah. Setelah menanan dingin di dalam tenda untuk beberapa jam sambil menunggu cuacau bagus untuk melakukan summit attack, tiba-tiba cuaca cerah kembali dengan terlihat hamparan bintang dan cahaya bulan yang indah sekali.

Arcopodo merupakan batas vegetasi terakhir yang berketinggian sekitar 3600 mdpl, luas tempat ini tidak lebih dari 5x6 meter. Di tempat ini pula Norman Edwin dan herman lantang menemukan arca kuno sehingga tempat tersebut dinamai arcopodo. Namun kami tak dapat menjumpai arca kuno tersebut.


Lautan Pasir Mahameru
Kamis dinihari sekitar pukul 03.00 wib kami mulai bergegas meninggalkan arcopodo menuju mahameru yang berketinggian 3676 mdpl. Awal perjalanan kami disuguhi oleh tugu peringatan orang-orang yang meninggal di Semeru, tugu peringatan tersebut tentu membuat nyali kami semakin ciut. Disini kami benar-benar diuji secara mental dan fisik, terlebih saat menapaki lautan pasir yang memiliki kemiringan lebih dari 45 derajat. Langkah kami semakin berat dan nafas semakin sesak, 3 langkah naik 1 langkah turun. Kami sedikit terbantu oleh adanya hujan hari sebelumnya sehingga kondisi pasir ridak terlalu licin.

Setelah hamper 3-4 Jam menapaki jalan berpasir kami tiba satu per satu di titik 3676 mdpl. Semua rasa kesal, suka, capek, haru, dan takjub bergelora secara bersamaan. Disini kami melihat tugu peringatan Soe Hok Gie, salah satu tokoh yang menginspirasi kami untuk mendaki semeru. Tak lebih dari 30 menit kami menikmati momen terindah dalam hidup, kami memutuskan untuk kembali turun untuk menghindari gar beracun dari kawah semeru. Semua perjalanan ini kami jadikan sebagai bahan introspeksi diri, tak terbersit sedikit pun sebagai ajang eksistensi diri kami. Semua ini perjalanan hati menapaki tanah tertinggi Jawa, puncak abadi para Dewa.! TERIMA KASIH MAHAMERU, vk wanasuta

Thursday, August 5, 2010

Trip September-Desember


Trip

1. Cipta gelar
Trip ini lebih kepada jelajah budaya. ada dua opsi untuk trip ini, pertama menggunakan bus dilanjutkan longmarch, kedua menggunakan sepeda gunung dari Bogor-Ciptagelar. estimasi waktu adalah 3 hari.

2. Pulau tidung dan semak daun
wisata pantai, ya trip ini lebih mengarah pada kegiatan air. opsi untuk kegiatan ini adalah menginap di penginapan atau membawa tenda. estimasi waktu adalah 3 hari.


3. Jelajah Jawa Barat
Pada trip ini akan difokuskan pada pendakina gunung cikuray, papandayan, dan berkunjung ke green canyon. estimasi waktu 4 hari.


4. Backpacking Jawa-Bali
untuk trip ini tidak dikoordinir untuk biaya dan makan. semua tergantung budget pribadi dan kesanggupan lama perjalanan. estimasi waktu 10 hari.


5. Pendakian Kerinci dan dempo
trip ini hanya dikhususkan pada anggota wanasuta. sehingga tidak terbuka untuk umum. estimasi waktu 10 hari




Dari semua trip wanasuta akan mengkoordinir trip 1-3. apabila anda memiliki rencana perjalanan dan membutuhkan jasa sewa alat, guide dan porter kami siap membantu.

Wednesday, August 4, 2010

SEMERU, 25-31 JULI 2010

MENUJU ARACAPADA



POS KALIMATI



MAHAMERU



ORO-ORO OMBO


BAYANGAN




RANU KUMBOLO


RANU KUMBOLO DARI ATAS


LEMBAH PANGONAN CILIK


BERJALAN DI ORO-ORO OMBO

Friday, July 23, 2010

Semeru Part 1

Hari demi hari terasa amat cepat berlalu, rasa gugup semakin menggelayuti diri saya.
baru kali ini saya mengalami kecemasan ketika ingin berpergian untuk mendaki gunung.
Perasaan tersebut saya pikir amat lah wajar, gunung yang akan saya daki adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa SEMERU (3676 mdpl)

persiapan dilakukan dengan amat matang, setiap malam selalu diadakan briefing guna merumuskan strategi dan manajemen perjalanan. Yap, itu konsekuensi yang harus saya ambil disela kesibukan menyusun skripsi yang menyisakan 10% lagi.


......(bersambung)

Wednesday, July 14, 2010

Rekonstruksi perjalanan 5 cm



Minggu 25 Juli 2010
16:00 Kereta Jkt-Malang

SENIN 26 JULI 2010
08:00 tiba stasiun Malang
09:00 Stand By @ Stasiun Malang
09:00 ~ 10:00 Stasiun Malang ~ Tumpang ( charter )
10:00 ~ 11:00 Belanja Logistik + Urus Admin
11:00 ~ 12:30 start Tumpang ~ Ranu Pani ( jeep )
12:30 ~ 13:00 Siap2
13:00 ~ 18:00 Ranu Kumbolo + Ngecamp

SELASA 27 JULI 2010

09:00 RanuKumbolo ~ Kalimati
12:00 ~13:00 Makan Siang Dikalimati + Isi Air
14:00 Nge Camp di Kalimati
………….. Bobo …………
23:30 Prepare Summit Attack

RABU 28 JULI 2010
24:00 Start Pendakian
04:00 ~ 04:30 Puncak Mahameru ( SunRise )
08:00 Start turun ke kalimati.
09:00 Tiba di Kalimati
09:00 ~ 10:00 Sarapan & Packing
10:00 ~ 11:00 Packing
11:00 ~ 15:00 Kalimati ~ Ranu Kumbolo
17:00 Nge Camp Ranu Kumbolo
Free Time ……….

KAMIS 29 JULI 2010
Yang mo sunrise silahkan, yang mo bobo silahkan
08:00 ~ 10:00 Sarapan & Packing
10:00 ~ 12:00 Ranu Kumbolo ~ Ranu Pani
12:00 ~ 13:00 MakanSiang di Shelter 3
13:00 ~ 15:00 Shelter 3 ~ Ranu Pani
15:00 ~ 16:00 Free Time
17:00 ~ 03:00 Nge Camp di Ranu Pani / Posko / Aula
( yang mau langsung pulang silahkan )


JUMAT 30 JULI 2010

02:30 Bangun & Beres2 ……………
03:00 Ranu Pani To Bromo ( by JEEP )
04:00 ~ 09:00 Bromo Smiling Tour
( yang ingin langsung pulang silahkan )
09:00 ~ 11:00 Go To Tumpang
11:00 ~ 12:00 Tumpang ~ Stasiun Malang.
12:00 ~ 16:00 FREE TIME :
= Makan Siang
= Belanja Oleh2
= Keliling Kota
16:00 Stand By Stasiun kereta Malang.

SABTU 31 JuLi 2010
08:00 Kereta tiba di JAKARTA



Secara Umum perlengkapan pendakian standard.

Pribadi / perorangan :
1. Sleeping Bag
2. Matras
3. Baju hangat ( jaket, kupluk, sarung tangan, kaus kaki, dll )
4. Baju Ganti
5. Rain coat / poncho
6. Obat2 an pribadi
7. Senter / Head Lamp
8. Sepatu amat sangat di rekomendasikan & sendal gunung buat back up
9. Perlengkapan makan ( piring , gelas, sendok, garpu )
10.kaos kaki tinggi ( untuk muncak~turun mahameru )
11.kaca mata ( untuk muncak~turun mahameru )
12.masker ( untuk muncak~turun mahameru )
13.SEKOP MINI untuk 3M ( Menggali , Membuang , Menutup )

Team / kelompok :
1. Tenda
2. kompor + nesting
3. fuel / gas / spiritus / alkohol


LOGISTIK


1. Logistik disesuaikan kebutuhan & selera masing2
2. Cemilan ber energi / ber kalori tinggi
3. Air minimum 1,5 Lt / orang ( 1 botol mineral aer 1,5 L )
+ botol kosong 1,5 Lt

PERINCIAN MANAGEMENT AIR :

1. 1,5Lt dipakai dari ranu pani ~ ranu kumbolo
2. Di ranu kumbolo keperluan air sudah stand by.
Isi aer di ranu kumbolo 1,5 L untuk ranu kumbolo ~ kalimati.
3. Di kalimati isi aer 2 x 1,5 L ( botol kosong dipergunakan untuk mengisi stock air )
( 1 untuk masak malam & perjalanan ke Arcopodo serta makan pagi
+ 1 untuk muncak mahameru ) jika bisa mebawa lebih amat sangat di sarankan.

4. Perjalanan pulang arcopodo ~ kalimati ~ ranu kumbolo
( isi aer di kalimati 1,5L )
5. Sampai di Ranu Kumbolo aer sudah standby.
6. Isi aer di ranu kumbolo 1,5 L untuk ranu kumbolo ~ ranu pane.


Estimasi biaya
1. Kereta api, Matarmaja 52rb x 2 = 104 rb
2. Angkot stasiun-terminal, 7 rb
3. terminal-ranu pane, 30rb

Saturday, April 24, 2010

Porter Rinjani




Photo ini diambil ketika saya melakukan pendakian ke Rinjanii akhir tahun lalu. untuk pendaki lokal mereka mematok harga 80-100K per hari. sebuah harga yang murah menurut saya dibanding bawaan yang mereka harus bawa. selain itu mereka bukan hanya bertugas membawa barang, tetapi juga mengambil air, memasak, dan petunjuk jalan. Disini saya menyadari betapa sulitnya mencari uang.

Sunday, April 18, 2010

Danau Segara anak




Banyak yang tidak percaya dengan photo ini, kebanyakan beranggapan photo ini adalah hasil edit photoshop

Saturday, April 17, 2010

Lombok




Photo kota lombok dari atas udara.

Wednesday, April 14, 2010

Tidung Island

Pulau Tidung merupakan pulau terbesar diantara gugusan pulau di Kepulauan Seribu. Salah satu pulau itu diberi nama Pulau Tidung, artinya pulau tempat berlindung. Pulau Tidung adalah pusat Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Pulau ini dihuni oleh lebih dari 3 ribu kepala keluarga. Sebagian besar penduduknya nelayan.

Di sebelah timur pulau ini terdapat Pulau Tidung Kecil. Kini kedua pulau ini tersambung oleh sebuah jembatan kayu yang sangat indah. Kita bisa menyusuri jembatan itu sambil melihat ke bawah laut yang bening dengan pemandangan karang-karang dan ikan yang beraneka warna. Panjang jembatan sekitar 2 kilometer. Di sekitar jembatan terdapat beberapa kerambah ikan dan kepiting milik nelayan setempat.

Meskipun bukan pulau wisata, tetapi pulau ini sangat nyaman untuk dijadikan tempat rekreasi bagi masyarakat yang ingin menikmati suasana pulau dengan biaya murah. Air lautnya yang bening dan hamparan pasir putih di tepi pantainya sangat indah untuk dinikmati. Belum lagi pesona sunrise dan sunset yang indah setiap harinya.

Berangkat
Tarif Bis
Angkot B01 jurusan angke: Grogol – Angke = 3500 (2-4 April 2010)
Abis itu ke dermaga, karena di sini rame bgt, jadi ati2 barang bawaannya.
Dari Muara Angke ke pulau Tidung menggunakan kapal motor dan memakan waktu 3 jam dengan biaya Rp 33.000/org, bisa jg bawa motor dikenain biaya 33 ribu/motor. Sebaiknya penumpang sudah tiba di dermaga pada pukul 07.00 karena jika sudah penuh kapal langsung berangkat. Sementara jadwal keberangkatan dari Muara Cituis(Rawa Saban) Tangerang pukul 11.00 WIB dengan ongkos 20 ribu.
NB: JANGAN PERNAH DUDUK DEKET CEROBONG ASAP..DAN DI BAGIAN BELAKANG KAPAL..GILEE...BERISIK BANGET


Penginapan
Rumah Pak Muridun (Pak Ridun)

CP : Pak Ridun 085710295799
Isi : 2 – 3 kamar
Harga : 3 hari 2 malem = 800 ribu (tanggal 2-4 April 2010)



Rumah Pak Haji Abdul Hamid (Pak Aji Mid)

Isi : 3 kamar tidur, 2 kamar mandi, kipas angin, ruang tamu
CP : Pak Haji Abdul Hamid 085888742129
Harga : 300ribu (10 Okt 2009)

Rumah Pak Asep

Isi : Ada 2 pintu (pintu biru&pintu kuning) masing2 muat 10 orang jadi total 20 orang dah. Ada ruang tamu, tv, kipas angin
Harga : 250rb/rumah (14 Maret 2010)
CP : Pak Asep 085711226253

Makan
Bisa minta masakin yang punya rumah atau juga bisa beli di warung makan. Ada nasi, bakso, mie ayam dan lain-lain.

Sepeda
Bisa tanya ke:
Pak Asep 085711226253
Pak Masrun 081513336223
Harga: 15rb/hari

NB: klo taruh sepedanya mending rombongan, jadi lebih aman, karena suka ketuker sama pengunjung lain.
Snorkling
Alat snorkling bisa tanya ke yang punya rumah, harga 35 rb/set. Snorkeling bisa dilakukan di pulau tidung aja, tapi kalo mau lebih oke, nyewa kapal ke Pulau Karang Air, Karang Beras, dan Semak Daun. Harga : 400rb/kapal+guide (semoga bisa kurang klo kita yg nawar..), CP: Pak Indra 085714266835, dia juga bisa nyediain alat snorkling.

NB: lebih baik pesennya dari hari sebelumnya jadi pagi2 udah bisa disiapin..
Bakar-Bakar
Bakar-bakar bisa minta tolong beliin sama yang punya rumah atau siapa gtu yang suka bantuin kita. Dapet info dari salah satu rombongan, dia minta beliin buat bakar-bakar ngasih uang 100rb, dibeliin ikan sama cumi trus udah disiapin panggangan, arang, bumbu, jadi udah lengkap. Atau klo mau beli ikan sendiri juga bisa kyaknya..
Jumping Bridge, Mancing, dan Taman Bunga


Pulang
Pulang ke Muara Angke dari Pulau Tidung itu pagi2 juga, karena emang kapalnya berangkat jam segitu, kapal berangkat sekitar jam 6 - 7. Tiket dibeli di loket di dermaga.
Perkiraan Biaya (per orang)
Kapal Muara Angke – Tidung PP (2 x 35.000) : 70.000
Penginapan (300.000/10 org) : 30.000
3 kali makan (@ 15 ribu) : 45.000 +
Standar 145.000
Tambahan2
Sewa sepeda : 15.000
Alat snorkling : 35.000
Sewa kapal snorkling (400.000/10 org) : 40.000
Bakar2 : 10.000 +
++ 245.000

Hal2 penting:
-Selalu tanya ke Penduduk lokal/yang punya homestay,segala keperluan kita, biasanya mereka bisa sediakan.
-Waktu trip keliling pulau tidung,jangan lupa bawa air, klo bisa bawa aqua yang 1,5 liter, dijamin haus..
-Waktu snorkling jangan lupa bawa handyplast/obat2an pribadi, karena karangnya kejam juga gan, sering bikin beset.
-JIka bikin jadwal snorkling, usahakan snorkling di pulau tidung sebelum siang, karena ombaknya tidak besar.
-Selalu percaya yah apa yang dikatan Abk kapal tentang cuaca, karena mereka yang mengerti,
-Pak asep itu adalah seorang yang emang di tugasin sebagai koordinator oleh karang taruna di pulau tidung. Nah karena dia adalah koordinator jadi kita harus maklum jika dia gak selalu menyediakan peralatan yang kita mau full, karena dia juga harus bagi2 dengan rombongan lain...
-Oleh karena diatas, ane saranin buat yang mau ke tidung, hubungi pak Ridun aja gan, dia juga bisa sediakan semuanya kok, malah lebih enak.Untuk masalah harga kita masih bisa nego, karena kita langsung ke yang punya jasa, tanpa perantara dulu.sekalian ringanin tugas pak asep.
-Mohon jika datang ke pulau dijaga yah norma2nya, jangan samakan seperti di jakarta yang bebas, yang ane tau jika kita pake pak asep dan kita bikin masalah di tempat kita nginap, bukan kita yang di komplain, tapi pak asepnya..(kasihan gan pak asep).
-Jika sudah jadi mau kesana n sudah booking n tiba2 mau di cancel, please gan beri info ke Pak asep, jangan diem2 aja. Ane sempet diceritain ada rombongan yang udah mesen tempat, tapi gak jadi dateng, dan gak ngabarin sama sekali...kasihan gan pak asep-nya, karena dia itu sebenernya sudah DP rumah duluan, jadi klo gak jadi, uang pak asep yang hilang...(kesihan pak asep gan, orangnya baek, jangan sampe dia kesusahan).
-Jangan lupa bawa Sunblok yang banyak, bener2 geseng dah nanti disana..he3x...

CP lain:
Pak Wardi, yang menyediakan makan, alat snorkeling, penyewaan kapal, sepeda, perlengkapan barbeque, beli ikan, pokoknya apa saja bisa minta tolong ke pak Wardi dengan nomor telp : 085693565464

Sumber: macem2

Saturday, April 10, 2010

Terdampar




Baru tiba dari Gunung Rinjani, Lombok. Numpang istirahat di salah satu minimarket di Kuta.

Wednesday, April 7, 2010

Estimasi Biaya






kalo Karimun Jawa, udah banyak kok Agen yang menawarkan paket wisata KJ. ada yang cuma 450K, exclude Ongkos PP Jakarta-Jepara.




Alternatif lain adalah Pulau Tidung

Paket Pulau Tidung
• 1 orang = Rp 648.000
• 2 orang = Rp 426 .000 per orang
• 3 orang = Rp 348.000 per orang
• 4 orang = Rp 313.000 per orang
• 5 orang = Rp 288 .000 per orang
• 6 orang = Rp 301.000 per orang
• 7 orang = Rp 286.000 per orang
• 8 orang = Rp 275.000 per orang
• 9 orang = Rp 266.000 per orang
• 10 orang = Rp 259.000 per orang
• 11 orang = Rp 266.000 per orang
• 12 orang = Rp 261.000 per orang
• 13 orang = Rp 256.000 per orang
• 14 orang = Rp 252.000 per orang
• 15 orang = Rp 248.000 per orang
• 16 orang = Rp 262.000 per orang
• 17 orang = Rp 258.000 per orang
• 18 orang = Rp 254.000 per orang
• 19 orang = Rp 251.000 per orang
• 20 orang = Rp 249.000 per orang

Kami akan memberikan pelayanan fasilitas mulai dari transport kapal penyebrangan, konsumsi, dan hiburan dalam 1 paket untuk 2 hari 1 malam antara lain :

1. Transport kapal Pel. Muara Angke – Pulau Tidung PP
2. Penginapan dengan fasilitas 1-4 kamar tidur kamar tidur+tempat tidur, ruang tengah + TV,ruang tamu + kasur matras, dapur, kulkas , kipas angin dan kamar mandi
3. Sepeda per satu orang per hari
4. Peralatan snorkeling (Face swimming goggle, Snorkell, Fin shoes, and Life Jacket) per 1 orang per hari
5. Perahu kecil (Sampan)/hari
6. 3 kali Makan sehari makan /orang (nasi, ayam/ikan, lalapan, sambel) per 1 orang per hari
7. Guide + Snorkeling Instructor
8. Peralatan bakar ikan dan juga ikan yang telah disediakan.




SEKALI LAGI INI PAKET WISATA, SEMUA BIAYA INI BISA LEBIH MURAH JIKA BEBERAPA ITEM DIGANTI DENGAN KW1/KW2 ATAU BAHKAN DIHILANGKAN.

Tuesday, April 6, 2010

Mandalawangi. Dimana hanya ada aku, kau, dan Tuhan



SEPI SUNYI DI MANDALAWANGI
MATAHARI ENGGAN BERDIRI
RUMPUT PUN TAK MAU MENARI
HANYA ADA BUNGA-BUNGA ABADI MENEMANI
YANG HANYA DIAM MEMBISU
NAMUN TAK LEKANG OLEH WAKTU
DISINI KU TEMUKAN SEBUAH ARTI
ARTI YANG MEMBERIKAN SEBUAH POSISI
DAN POSISI YANG SEMOGA MEMBERIKAN KU JATI DIRI
YANG AKAN KU RESAPI LALU AKU SADARI
TIADA TUHAN SELAIN MU YA ALLAH SWT
DAN AKAN KU SYUKURI SEMUA INI



DITULIS DI PUNCAK MANDALAWANGI 7 DESEMBER 2005

Monday, April 5, 2010

Komersialisasi berkedok nilai-nilai konservasi!

Baru-baru ini Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) mengeluarkan peraturan
Nomor: SK. 93/11-TU/1/2009.
berikut salah satu isi dari peraturan tersebut;

TARIF PEMANDUAN WISATA
TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO

Tujuan - Biaya (Rp)
I. WISATAWAN MANCANEGARA
Cibodas – Cibeureum Waterfall 200.000/jalan
Cibodas – Hot Water Spring 275.000/jalan
Cibodas – Gede – Cibodas/Putri 400.000/jalan
Cibodas – Pangrango – Cibodas 450.000/jalan
Cibodas – Pangrango – Gede – Cibodas/Putri 475.000/jalan
Bird Watching 500.000/jalan

II. WISATAWAN DOMESTIK
Cibodas – Cibeureum Waterfall 175.000/jalan
Cibodas – Hot Water Spring 225.000/jalan
Cibodas – Gede – Cibodas/Putri 325.000/jalan
Cibodas – Pangrango – Cibodas 375.000/jalan
Cibodas – Pangrango – Gede – Cibodas/Putri 400.000/jalan

III. PORTER (MANCANEGARA DAN DOMESTIK)
Cibodas – Cibeureum Waterfall 150.000/jalan
Cibodas – Hot Water Spring 200.000/jalan
Cibodas – Gede – Cibodas/Putri 275.000/jalan
Cibodas – Pangrango – Cibodas 300.000/jalan
Cibodas – Pangrango – Gede – Cibodas/Putri 350.000/jalan

Catatan :
Untuk pendakian lebih dari 2 hari 1 malam dikenakan biaya tambahan sebesar
Rp. 100.000,-


Kaget dan heran yang saya rasakan ketika membaca peraturan tersebut sekitar 2 bulan yang lalu.
pihak TNGP berdalih pemberlakuan peraturan ini adalah untuk membatasi para pendaki yang memang berpredikat sebagai gunung dengan pendaki terbanyak, sekitar 50.000/tahun. pembatasan tersebut agar mengembalikan kondisi TNGP kebentuk yang lebih asri dan bersih. masih menurut pihak TNGP kenaikan tersebut sebagai uapay untuk mengcover biaya-biaya yang dikeluarkan oleh TNGP.

memang saya akui kondisi TNGP sangat parah bahkan kondisi mata airnya pun sangat tidak layak konsumsi. tetapi bukan berarti melegalkan tindakan yang dilakukan oleh perhutani. masih banyak cara lebih bijak yang mendepankan nilai-nilai konservasi, misalnya meminimalisasi jumalh pendaki, saya sudah sepakat dengan sistem boked yang telah diterapkan beberapaj tahun terakhir serta pembatasan julah pendaki. tetapi mungkin sisi inilah yang perlu diperketat lagi ketimbang menaikan tarif masuk TNGP. jika biasanya 600 org/hari mungkin bisa dibatasi hingga 100org/hari. melakukan pelarangan bungkusan makanan dan minuman dan menaruhnya ditempat yang sekiranya tak mungkin dibuang oleh pendaki. serta melakukan pengawasan ekstra ketat oleh TNGP kepada semua pendaki.

menurut saya hal-hal yang seperti itulah yang harus menjadi fokus perhatian TNGP didalam mengembalikan kondisi TNGP ketimbang menaikan tarif yang tidak jelas atas dasar apa perhitungan sebesar itu. belum lagi peraturan tersebut memiliki implikasi negatif, salah satunya adalah melakukan pembukaan jalur baru yang ilegal guna menghindar dari petugas TNGP. hal tersebut justru mejadi masalah baru bagi TNGP. selain itu, bila tetap dipertahankan mungkin orang akan enggan mendaki TNGP, karena dengan budget +/- 500 ribu sekiranya lebih baik mendaki semeru ketimbang TNGP.

pihak TNGP berdalih biaya tersebut guna mengcover biaya yg dilkeluarkan oleh TNGP, menurut saya aneh! TNGP merupakan institusi dibawah departemen sehingga pasti ada alokasi dana untuk semua taman nasional di Indonesia. banyak di kalangan pendaki yang menuding ini merupakan bentuk "deal" antara warga sekitar dengan pihak TNGP sehingga menerapkan aturan aneh ini, ataupun ada isu untuk membangun semacam kereta gantung hingga puncak gede. WTF!!!!

terlepas dari tujuan yang sebenarnya penerapan peraturan tersebut, sepertinya kita perlu sadari bahwa Sang Pencipta tak pernah mengkomersialisasi ciptaan-Nya, sehingga siapapun berhak untuk menikmatinya. akhirnya semua berpulang pada pribadi masing-masing untuk menjaga alam ini sebagai warisan untuk anak dan cucu kita kelak.


ALAM BUKAN UNTUK DITAKLUKAN TETAPI ALAM ADALAH TEMPAT BELAJAR MENGENAL HIDUP SERTA PENCIPTANYA!!

Aku Yakin, Aku Bisa


Pagi itu udaranya masih sangat menusuk badan ku, dititik 3000an mdpl di pukul 02.00 dini hari. Disaat orang lain masih tidur disela kencangnya deru angin plawangan sembalun dan letusan gunung berapi baru jari, aku memulai menggapai titik itu, 3726 mdpl.

Selangkah demi selangkah menyusuri dingin dan gelapnya rinjani menyambut pagi, sorotan headlamp ku terus menemani melewati tanjakan-tanjakan hingga tiba ku dipunggungan, sejauh itu normal dan terkendali, ku lihat di depan punggungan pasir masih amat gelap dan dibawah ku lihat titik-titik senter pendaki lain yang mulai mendaki ke puncak, tersadar jika aku kelompok pertama yang menuju 3726 mdpl.

Kiri ku lihat beberapa bunga abadi tumbuh dengan ukuran yang lebih besar ketimbang yang pernah ku lihat di pulau Jawa, kanan terbentang danau segara anak dengan gunung api baru jari ditengahnya, dikejauhan kulihat laut yang memisahkan pulau lombok dengan pulau Bali dengan puncak agung yang menyembul diantara awan. Target untuk melihat sang surya terbit di puncak tak kesampaian, karena matahari sudah mulai bersinar.

Hampir 4 jam ku terus mendaki jalan berpasir yang terus menggerogoti fisik ku, setiap hela nafas terasa makin berat hingga tiba ku dititik penuh keputusasaan, saat dimana aku merasa amat menyesal pergi sejauh ini hanya untuk bermain-main dengan nyawa. Lalu ku duduk sejenak sambil melihat pendaki manca yang tadinya jauh dibelakang melewati diriku. Aku tenggelam dalam kepasrahan, hingga terucap mungkinkah ajalku di jalur menuju puncak ini? Tersadar ku saat kakak ku terus menyemangati ku tuk menggapai 3726 mdpl.

Lalu ku bulatkan tekad, ku kumpulkan lagi semangat-semangat itu. Tak lama berselang ku kembali drop. Duduk kembali melihat bentangan awan yang terasa amat dekat. Aku mulai menangis atas kondisi itu, hal yang tak pernah aku lakukan setiap mendaki selama ini. Aku juga tak tahu kenapa aku sempat sejenak menangis entah takut gagal menggapai 3726 mdpl atau karena aku menyadari kebodohanku tak mempersiapkan fisk dan mental dengan matang.

Mental ku selalu naik turun hingga tiba yang aku rasa merupakan titik balik, aku merasa ada energi yang masuk kedalam diri kemudian membangkitkan ku untuk kembali mulai berjalan. Padahal ku akui secara fisik aku sudah habis dan mungkin berbahaya bila ku lanjutkan, tetapi selalu ku ucapkan bahwa aku pasti dan harus bisa didalam hati terus dan terus. Hingga ku tiba di ujung jalan dan aku tersadar itu adalah 3726 mdpl! Meski tak sampai 5 menit aku di puncak akibat cuaca yang kurang baik tetapi aku mampu menggapainya dan mengalahkan semua keterbatasan yang ku miliki.

Sama seperti pendakian lainnya, satu hal yang pasti ada saja nilai signifikan yang aku bawa pulang ke rumah, nilai yang aku dapatkan karena aku lakukan sendiri bukan karena berteori semata. ketika kita memiliki tekad dan semangat yang kuat, maka setiap keterbatasan dalam diri mampu dikalahkan sehingga apa yang kita inginkan dapat tercapai. Maka kekuatan pikiran kita dapat mengalahkan kesulitan-kesulitan yang ada pada hidup jika kita terus berpikir positif dan selalu tanamkan bahwa jika kita pasti bisa.



::untuk semua kesulitan kita dan kita yakin bisa melewatinya dengan baik::

CATPER UJUNG KULON

Kamis pagi itu tak ada bedanya dengan pagi sebelumnya, tetapi yang membedakan adalah saya harus mengeluarkan pakaian untuk dimasukkan ke dalam daypack karena hari itu saya akan berpetualang untuk pertama kalinya dengan teman-teman kampus. Tak terlalu banyak yang saya persiapkan, berbeda jika saya mendaki gunung, tak ubahnya seperti menggendong kulkas. Ringkas dan ramping begitu nampak pada daypack saya. Hehehe....


Pukul 09.26, setelah saling menunggu di halte stasiun UI saya, Fadil, Ibek, Pai, Ajul, Nci, Afra, Dwi, Arie, Ao, dan Diaz segera menuju ke terminal kampung rambutan. Sesampainya disana menunggu troopers lainnya Sita, Udien, Dita, Erdita, dan Sevha, dan Pepito. Jam tangan saya menunjukkan pukul 10.50 saat bus perlahan-lahan meninggalkan terminal Kp. Rambutan menuju terminal pakupatan kota Serang. Sekitar 2 jam bus membelah tol Jakarta-Merak dan sampailah di Pakupatan, disana kami manfaatkan untuk Ishoma. Setelah itu kami bersiap menuju Paniis di Desa Taman Jaya, Ujung Kulon. Kendaraan yang kami tumpangi adalah jenis Elf, Kendaraan yang hampir selalu menemani saya jika berpergian untuk berpetualang. Saling tindih menemani saya menuju Paniis, saling tukar posisi harus dilakukan guna menghilangkan pegal yang teramat akut.

Sekitar 6 jam kendaraan super “edan” harus melewati jalan yang tak kalah "edannya", berbukit-bukit, aspal rusak, hingga jalan berbatu yang menurut penduduk lokal tak pernah diaspal mungkin sejak badak bercula dua berubah menjadi satu cula..haha
Sepanjang perjalanan selalu disuguhi kondisi medan yang berbeda, dari kota, kampung, hutan, sampai pantai. Benar-benar sangat menghibur mata. Tak tahan dengan kondisi jalan yang semakin rusak, saya, fadil dan ajul memutuskan untuk naik di atap mobil, beberapa kali saya harus tiarap diatap guna menghindari batang pohon dan kabel. Salut lah dengan perjuangan sang sopir, Bapak Sakoy yang setiap hari memacu Elfnya melewati jalan nan edan. UK KERAS BUNG! haha..

Kendaraan ini mengingatkan saya waktu pergi ke Ujung Genteng pertengahan tahun, namun bedanya waktu yang ditempuh hanya 4 jam saja. Entah mengapa sepanjang perjalanan menuju Paniis sama seperti saya pergi ke daerah terpencil lainnya, pikiran saya selalu berputar-putar tentang bagaimana mobilitas warga lokal?, siapa yang membangun jalan?, siapa yang pertama kali membuka jalur? Sampai Ada saja orang yang mau tinggal di tempat terpencil seperti ini? Semua pikiran itu saya coba patahkan dengan sudut pandang sebagai penduduk lokal dan bukan sebagai orang kota yang hidupnya serba praktis. Mungkin bagi mereka hidup seperti itu dimana kendaraan sulit, infrastrukstur ala kadarnya adalah hal biasa karena bagi mereka standarnya memang demikian. satu lagi pelajaran dapat saya tarik, jangan menilai secara komparatif sesuatu yang memiliki standard berbeda.

Pukul 19.35 kendaraan elf tiba di penginapan, tepatnya di rumah keluarga Bapak Wahyu. Sambutan keluarganya begitu hangat, belum lagi makanannya. Tanpa basa-basi semua menjadi kalap dengan makanan Bu Wahyu. Selesai dengan urusan perut, rombongan dipecah menjadi dua, kaum Adam di rumah Bapak Wahyu dan Kaum Hawa menginap di rumah yang tidak terlalu jauh jaraknya dari tempat menginap pria-pria. tiba saatnya membersihkan badan, semua harus mengantri untuk mendapatkan jatah mandi.

Malam pun tak terasa semakin larut, disaat para troopers wanita asyik di penginapan, para pria memutuskan untuk ke pantai, belum sampai ke pantai gerombolan anjing berdatangan dan mengonggong dengan kerasnya, mungkin ini nasib memiliki tampang perampok.haha
Aakhirnya diputuskan untuk sekedar berbincang di teras rumah Bapak Wahyu, berbicara NGALOR NGIDUL tak ada juntrungan ditemani longlongan doggie menemani malam itu hingga rasa kantuk menyergap dan diputuskan untuk tidur...

Clara Sumarwati, Fakta atau Bualan?


ini kisah tentang wanita pertama asal Indonesia Clara Sumarwati yang berhasil mencapai puncak gunung tertinggi di dunia Guunung Everest. Cerita ini ditulis oleh Ambar di blognya. Yang menarik Ambar menghubungkan masalah ini dengan Prabowo dan TNI Angkatan Darat. Ini dia ulasannya.


Empat tahun lalu ketika saya mulai tersedot tentang sejarah Everest, sebuah nama terlintas. Clara Sumarwati.
Clara who?


Itu adalah reaksi saya ditengah upaya mencari berita tentang ‘perlombaan’ tim wanita Asia Tenggara untuk menaklukan Everest. Saat itu 2006, tim putri dari Singapura sedang dalam proses kampanye lewat media massa. Target mereka jelas sekali, yakni menjadi tim putri Asteng pertama yang menancapkan bendera di atap dunia.



Tim Putri Indonesia kemudian muncul sebagai tandingan. Dalam suasana hingar bingar dan kompetisi yang ketat dengan negara tetangga, sungguh ini dalam posisi yang tidak nyaman. Tsunami dan gempa di Aceh memakan ratusan ribu jiwa, terutama di kepemimpinan SBY yang seumuran jagung. Indonesia dalam carut marut.


Kaitan politik, bencana alam dan kegiatan adventur ternyata saling berhubungan. Bukankah keputusan mengirim tim putra Indonesia ke Everest di tahun 1997 adalah juga politik dengan alasan nasionalisme? Bahwa seorang Indonesia harus lebih dulu menjejak puncak dunia sebelum negara tetangga, dengan alasan apapun, dengan taruhan nyawa sekalipun.


Disinilah kisah Clara mulai masuk panggung adventur dan politik. Terlahir 6 Juli 1967 sebagai anak ke 6 dari delapan anak Marcus Mariun dan Ana Suwarti, Clara menghabiskan masa kecil di Jogya hingga kuliah di Universitas Atmajaya jurusan Psikologi Pendidikan. Di tahun 1991 ia bergabung dengan tim pendaki Indonesia untuk menaklukan Annapurna IV yang mengantarkan rekannya Aryati menjadi wanita Asia pertama di puncaknya. Pada Januari 1993, Clara bersama tiga perempuan Indonesia menaklukan Aconcagua, salah satu puncak 7summit di Amerika Latin.

Clara bersama tim PPGAD Perkumpulan Pendaki Gunung Angkatan Darat –diduga sebagai sempalan militer untuk menandingi tim militer Kopassus/Wanadri melakukan ekspedisi low profile di tahun 1996. Menurut Gatra, tim ini hanya mampu mencapai ketinggian 7000m di punggungan South Col (gigir atau sadel gunung antara Everest and Lhotse rute pendakian dari Nepal).


Walau gagal, Clara berusaha menggalang dana untuk melakukan upaya kedua menancapkan merah putih pada 17 Agustus 1995 [3] yakni tepat 50 tahun kemerdekaan Indonesia. Clara kemudian mendapat kepastian bahwa upayanya akan dibantu oleh pemerintah yang diwakili Panitia Ulang Tahun Emas Kemerdekaan Republik Indonesia yang saat itu dibawah Sekretariat Negara.


Clara terpaksa mengundurkan ekspedisinya bulan Juli 1996 setelah memperoleh kepastian dana (yang saya sinyalir adalah upaya orang tententu untuk ‘mengganggu’ Prabowo mengirim anak buahnya menjadi orang pertama di puncak dunia ie membuat ia menjadi pahlawan).


Perlu dicatat, Gatra sendiri menurunkan berita tanpa mengaitkan dengan kondisi politik karena begitu sensitivenya situasi era menjelang berakhirnya Orde Baru. (kerusuhan Mei, desas-desus kup oleh Prabowo dan militer, mundurnya Suharto hingga chaos-nya situasi politik di tanah air). Tetapi sinyalemen itu diungkapkan Clara dengan jelas terutama kisah tentang adanya upaya dari pihak Prabowo dan militer untuk membuatnya membatalkan ekspedisi.

Upaya untuk menghentikan Clara dimulai dari ringan hingga berat. Terakhir saya kontak, ia tidak mau menyebutkan secara detail. Tetapi bagi yang akrab dengan suasana represif di akhir 90an tentu bisa memahami. Saya sendiri ketika mendengar versinya hanya bisa bilang WOW!


Butuh setengah jam untuk mencerna. Saya mencoba untuk tidak menuduhnya pembohong ataupun tukang ngarang. Sungguh ceritanya adalah kombinasi antara kulminasi terror dan paranoia, imanjinasi dan suspense. Saya berusaha meyakinkannya bahwa ketakutan dan kekhawatiran itu sudah tidak ada. Sejarah menunjukkan Prabowo tidak menjadi pengganti Suharto. Dan ia terpaksa keluar Indonesia untuk menghindari balas dendam politik.


Pada 27 Agustus 1996 [5]pukul 1600 ditemani empat orang Sherpa (Dhawa, Ghalzen Kecil, dan Kaji,), Clara mencapai puncak Everest . Ia berdoa dengan 50X salam Maria, menyanyikan Indonesia Raya sambil memegang bendera merah putih. Berpose di puncak dengan majalah Time bersampul Presiden Suharto.


Kabar tentang seorang Indonesia berhasil mendahului tim ‘resmi’ menaklukan Everest tentu diterima dengan ketidak percayaan. Sebagian besar pendaki meyakini bahwa Clara hanyalah membual, berimajinasi. Terutama ia tidak bisa memberikan bukti kuat. Salah satu bukti adalah photo dirinya yang berada di puncak Everest. Tentu saja kecemburuan dan faktor sexist berperan disini. Atmosfer adventur Indonesia dalam kompetisi individual yang kuat membuat klaim Clara seperti cerita dongeng. Bukan saja kecemburuan dari pendaki laki-laki tetapi muncul pula nada ketidak percayaan bahkan dari rekan pendaki perempuan.


Clara sendiri setiba di tanah air kemudian menghadap Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia yang saat itu diketuai Wismoyo Arismunandar. Dalam tahun yang sama ia menerima Bintang Nararya yang dikeluarkan oleh Sekneg dengan tandatangan Presiden RI.


Yang membuat ragu apakah Clara berhasil mencapai puncak adalah tidak adanya catatan resmi. Sejak awal tahun 50an ekspedisi pendakian Everest baik sisi Nepal dan Tibet dicatat oleh seorang jurnalis perempuan dari Chicago Amerika bernama Elizabeth Hawley. Meski bukan pendaki, Miss Hawley dikenal dengan catatan kronikel akurat mengenai ekspedisi, baik yang sukses maupun gagal. Berhasil mencapai puncak atau tewas. Miss Hawley ini melakukan wawancara langsung pada pendaki dan Sherpa, melakukan kros cek, bahkan meminta konfirmasi deskripsi tempat dan suasana.


Statistik Miss Hawley kemudian dikompilasi berdasarkan kronologis tahun pendakian dan dipandang sebagai catatan paling akurat dan bisa dipercaya. Ketika era internet medio akhir tahun 90an masih samar dan tidak punya kredibilitas, mountainzone.com adalah satu2nya sumber yang kemudian mengutip data dari Miss Hawley sebelum ditayangkan di internet worldwide. Di tahun 2004, databases kompilasinya kemudian dibuat dalam bentuk CD (Visual Vox Pro) dan buku bersama Richard Salisbury dalam himalayandatabase.com


Menariknya, Miss Hawley tidak menyebut Clara Sumarwati dalam statistik Himalayan Databases. Orang Indonesia yang tercatat adalah Mr. Asmujino mencapai puncak 11.10.1996 melewati rute South E. Ridge dalam nomor urut 58 dan Mr. Misrin sampai puncak 26.4.1997 lewat South E. Ridge dengan nomor urut 68. Walaupun dalam database disebutkan Misirin masuk tim Korea tetapi kemungkinan ini adalah konfirmasi mencapai puncak dikabarkan oleh tim Korea atau proses konfirmasi klaim Misrin dianggap positif oleh Miss Hawley pada tanggal itu lewat kros cek dengan anggota tim Korea.


Namun dalam referensi everesthistory.com Clara Sumarwati adalah pendaki Everest ke 88 dari Indonesia mencapai puncak pada 26 September 1996 melewati rute NC-NE Ridge (North Col-North East Ridge atau gigir Timur Laut). Ini dikuatkan dengan keterangan laporan Gatra bahwa dua buku : Everest karya Walt Unsworth (1999), dan Everest: Expedition to the Ultimate karya Reinhold Messner (1999) mencantumkan nama Clara sebagai pendaki Everest Indonesia pertama.



Kemungkinan tidak tercatatnya Clara karena masalah ijin/climbing permits. Seperti diketahui Everest menjadi komoditi pemerintah Nepal dan China untuk mengeruk keuntungan finansial sebanyak mungkin. Fee untuk mendaki di Everest bisa mencapai $70,000 untuk tim beranggotakan 10 orang. Karena mahal inilah, pendaki banyak yang mencoba di luar musim mendaki (April-Juni) ataupun menggabungkan diri dengan anggota tim lain tanpa keterikatan kebangsaan.


Keraguan tentang keberhasilan Clara ini makin menguat ketika sosoknya menjadi misterius. Ia dikenal tidak ramah pada media ataupun orang yang tidak mempercayai prestasinya. Ia juga menjadi begitu paranoia akan adanya orang-orang yang (masih) berusaha menghentikannya ataupun membungkam mulutnya. Ini juga menjelaskan kenapa keberhasilan tim Kopassus/Wanadri diberitakan besar-besaran ketimbang kesuksesan Clara yang cenderung ‘ditiadakan’.


Dalam korespondensi, saya menangkap ketakutan itu, walaupun saya coba meyakinkannya bahwa kondisi politik tidaklah seperti dekade silam. Agaknya trauma dan paranoia mengambil alih kesadarannya. Luka dalam itu, yang entah apakah kita bisa memakluminya atau tidak telah meninggalkan jejak mendalam. Kekecewaan dan keputusasaannya untuk meyakinkan orang lain nampaknya membawa pada tepi kesadaran.


Seorang teman berkomentar tentang Clara. Ia seperti John Forbes Nash, seorang ahli matematika yang berjuang puluhan tahun menghadapi schizophrenia dalam film Beautiful Mind. Seorang yang menderita penyakit ini dituduh publik sebagai orang gila. Ia bisa saja ngoceh ngga karuan, ataupun hidup dalam dunianya sendiri. Batas antara jenius dan madness terkadang hanya benang tipis. Tetapi bukan berarti seorang penderita adalah pembohong. Saya hanya ingin menegaskan bahwa Clara belum tentu seorang pembual. Sebagai orang berpikiran terbuka, saya menyadari bahwa mungkin ia mencapai puncak, dan mungkin juga tidak. Tapi jikalaupun iya, tidak akan bisa menghapus sejarah bahwa Clara-lah orang Indonesia pertama yang mencapai puncak Everest.


Bagaimanapun Clara adalah seorang pahlawan bagi adventur Indonesia. Ia bisa membuktikan bahwa seorang ‘independen’ adventure bisa melakukan tugas mulia tanpa puluhan dan ratusan anggota tim. Betul, ia seperti seekor elang yang sendirian. Tetapi seekor elang dengan beautiful mind tentulah lebih menakutkan.