Thursday, November 18, 2010

Untuk Merapi


Pagi itu kereta api progo terlambat tiba di Stasiun Lempuyangan. Kedatangan Saya ke Jogja kali ini bukan untuk berplesir atau menonton persija berlaga, melainkan untuk menyalurkan bantuan yang berasal dari komunitas suporter di Jakarta untuk korban erupsi gunung merapi. Di stasiun saya dijemput oleh rekan saya dan langsung menuju daerah Condong Catur, Sleman. Penginapan yang saya tinggali hanya berjarak satu kilometer dari stadion maguwoharjo atau berjarak 25 kilometer dari Puncak Merapi. Sore hari dari Condong Catur terlihat kegagahan Merapi dengan kepulan asap yang membumbung tinggi.


Malam hari di Sleman sangat berbeda dengan di Jogjakarta, kondisi di Sleman lebih sepi ketika malam menjelang. Hal tersebut saya rasakan ketika harus membeli beberapa kebutuhan pokok guna melengkapi beberapa keperluan esok hari. Hujan debu meski tipis tetap menyesakkan dada serta membuat mata perih ketika saya mengendari sepeda motor mengeliling Sleman. Praktis tak ada kegiatan yang saya lakukan, selain berkoordinasi dengan posko jalin merapi untuk menentukan posko pengungsian yang akan didistribusikan kebutuhan bagi para pengungsi.


Minggu pagi hujan debu lebih terasa dan jelas terlihat daripada malam hari, keadaan tersebut membuat saya sedikit panik dan bergegas menggunakan masker. Mobil pick up bersiap mengantar saya dan beberapa teman menuju muntilan di Magelang. Ketika memasuki daerah Muntilan saya benar-benar terhenyak ketika menyaksikan pepohonan di sepanjang mata saya memandang mati mengering. Jalan raya tak ubahnya jalan kampung penuh debu dan jarak pandang tak lebih dari 10 meter. Disini saya melihat Merapi yang berbeda daripada beberapa bulan sebelumnya saya lihat, merapi sedang murka pikir saya.


Kondisi di posko jalin merapi tak jauh beda, debu-debu menutup semua peralatan para relawan yang terus bekerja tanpa pamrih. Saya benar-benar ingin teriak melihat kegigihan para relawan, tanpa harus menggunakan lambang di dada atau bendera di sepanjang jalan seperti yang dilakukan parpol. Tak ada maksud untuk menyombongkan diri atau pamrih dengan memberi bantuan secara langsung, saya ingin Merapi kembali indah, saya ingin lereng-lereng kembali dipenuhi masyarakatnya yang bercocok tanam dengan hidup arif, saya ingin mereka benar-benar kembali hidup berdampingan dengan merapi, merapi yang indah seperti beberapa bulan yang lalu saya kunjungi.

No comments:

Post a Comment

indonesian supporters