Thursday, January 20, 2011

Irfan Bachdim, Komitmen adalah Segalanya

source:Media Indonesia

PAGI hari yang cerah, sejuknya udara Kota Malang, Jawa Timur ditingkahi tatapan hangat muda-mudi ke dalam Stadion Gajayana. Gerakan lincah saat sesi latihan dan muka tampan seorang pemuda blasteran seperti menyihir mereka.

Pemuda itu adalah Irfan Harrys Bachdim, striker debutan tim nasional 2010 dalam ajang AFF yang berlangsung belum lama ini. Dia begitu dikagumi penggemar bola di Tanah Air, tak terkecuali cowok-cewek artis sekalipun yang tiba-tiba menyukai olah raga jenis ini.

Hari-hari Irfan kini mewarnai Persema Malang. Seperti biasa, saat sesi latihan usai, Irfan dikerubuti penggemarnya yang meminta tanda tangan atau sekadar berfoto bersama.

Penampilan pemuda 23 tahun ini baik di dalam maupun luar lapangan bola memang sebuah fenomena bagi persepakbolaan nasional. Mungkin baru kali ini dalam sejarah bola di Indonesia, seorang pemain begitu memikat siapa saja. Dari anak kecil, orang dewasa, kakek-nenek sekalipun. "Masih muda, enerjik, dan tampan," begitulah pendapat banyak orang tentang Irfan Bachdim.

Perlu ditambahkan di sini ia juga tajir dalam melesakkan si kulit bundar ke gawang lawan. Dan harus diakui memang itu yang menjadi daya pikat anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Nouval Bachdim dan Hester van Dijic ini. Irfan kini menjadi idola dan harapan baru bagi pesepakbolaan nasional.

Menengok ke belakang, keinginan Irfan bermain bola untuk Tim Garuda tidaklah gampang. Awalnya ia mengikuti laga charity game bersama pemain senior yang merumput di Liga Super Indonesia (LSI) untuk memberikan bantuan bagi pendiri Arema Malang Lucky Acub Zaenal, pada 4 Agustus 2010 silam.
Irfan mulai dikenalkan kepada masyarakat, bahwa pemain naturalisasi patut dicoba guna memberikan suasana baru bagi prestasi sepakbola nasional yang terus terpuruk selama puluhan tahun.

"Saya ingin sekali bermain sepak bola di Indonesia," katanya kala itu dengan logat cadel namun serius. Meski demikian hal itu tidak otomatis membuka peluang Irfan merumput di Indonesia.

Sebab sebagian praktisi sepakbola di PSSI sempat meragukan kemampuan pemain jebolan Akademi Sepakbola Ajax Amsterdam ini. Reputasi Irfan yang moncer sebagai top scorer di Liga Amatir Belanda U-15, 2002 dengan mencetak 25 gol untuk klub SV Argon Jr, dan top five best player di Liga Amatir Belanda di tahun yang sama belum meyakinkan mereka.

Bahkan pada pertandingan charity game di Stadion Gajayana Malang, Irfan yang sempat mencetak dua gol, pun masih diragukan talentanya. Hal itu dianggap belum cukup, sebab saat mengikuti seleksi pemain di Persib Bandung dan Persija Jakarta keinginannya bermain bola di Indonesia terkandaskan.

Di balik perlakuan tersebut, pelatih Persema Malang Timo Sceunemann melihat potensi anak muda ini dan merekrutnya di klubnya yang berjuluk 'Laskar Ken Arok' itu. Irfan pun mengawali debutnya sebagai pesepakbola profesional di ajang LSI bersama Persema, klub yang juga sebagai 'pelabuhan' ayahnya Noval Bachdim di era 1980-an.

Kiprah pemain muda ini makin diakui setelah menunjukkan kualitas dengan bermain bagus di Persema. Naluri dalam mencetak gol ditunjukkan di setiap pertandingan.

Semua orang melihat langsung sekaligus mengakui bahwa Irfan bisa diandalkan. Hingga akhirnya pemilik sorot mata tajam ini lolos seleksi di timnas untuk laga AFF 2010 di bawah asuhan Alfred Riedl.

Nama Irfan semakin berdengung setelah ia mencetak beberapa gol di laga AFF sekaligus memberikan kontribusi positif bagi timnas. Talenta pemain muda jebolan FC Utrecht dan Haarlem Kennemerland FC tersebut terus menyihir seluruh masyarakat Indonesia bahwa pemain naturalisasi telah memberikan masa depan cerah bagi sepakbola nasional untuk berkiprah di ajang internasional.

Bersama Tim Garuda, Irfan pun membuktikan berhasil memenangi setiap pertandingan, hingga akhirnya masuk final AFF meski menempati juara ke dua. Popularitas striker dan gelandang serang timnas ini pun tidak surut. Justru masyarakat lebih bersimpati.

Namun sayang karena konflik di tubuh pesepakolaan nasional mengubur peluang Irfan untuk berbuat lebih banyak bagi masa depan sepak bola Indonesia.

Irfan terbuang tapi terlihat tetap tegar. Ia terhempas tapi tetap berkomitmen ingin berbuat sebaik mungkin dan bersikap profesional demi kemajuan sepak bola nasional lewat LPI.

"Masa depan sepak bola di Indonesia sebenarnya sangat bagus, saya sangat suka dan tidak ada masalah (dicoret dari timnas)," katanya saat ditemui Media Indonesia seusai menjalani latihan di Stadion Gajayana, Senin(17/1).

Pegang komitmen

Ajang Piala AFF 2010 telah usai dan diiringi konflik 'konyol' di elite pesepakbolaan nasional. Dampaknya bagi Irfan luar biasa. Statusnya di klub yang menyatakan hengkang dari LSI, otomatis menyeret dirinya.

Di sini sikap profesional Irfan diuji. Sempat menjadi rebutan antara PSSI dan Persema Malang yang menyatakan keluar dari ajang LSI bagaikan pukulan berat bagi karir sepakbola Irfan.

Bagaimanapun situasinya Irfan harus mengambil sikap. Dan ia sudah memutuskan tetap bergabung di Persema karena percaya bahwa setiap pemain profesional yang mampu bermain bagus, maka akan tetap mendapatkan kesempatan bermain di timnas. "Itupun bila dipanggil, namun bila tidak saya juga tidak apa-apa," imbuhnya.

Apapun yang diputuskan Irfan, masyarakat pecinta bola di Tanah Air tetap bersimpati. Terpenting bagi Irfan, sebagai pemain profesional ia mengaku akan selalu menjaga komitmen, terus bermain dengan baik.

Di usianya yang masih belia, Irfan ternyata juga memiliki pandangan dan sikap hidup yang dewasa. Dalam mengambil keputusan ia tetap ingat sejarah dirinya saat mengawali kiprahnya bermain sepak bola di Indonesia.

Ia juga merasa bahwa semua kawan-kawannya di Persema adalah keluarga. "Saya merasa teman-teman yang berkaos putih (pemain Persema) adalah keluarga," katanya sambil beranjak dari tempat duduk untuk menyalami pemain Persema yang duduk di depannya.

Di mess Persema usai latihan, Irfan menyatakan, "Saya sangat senang tinggal di Malang. Kotanya sangat nyaman, masyarakatnya ramah dan bersahabat."

Ia tidak berbohong. Ketika di luar jadwal latihan di Persema, Irfan memang mengisi waktunya dengan jalan-jalan naik sepeda motor mengelilingi Kota Malang sambil berburu kulinernya.

Bahkan ia mengaku menyukai semua makanan Indonesia. Irfan merasa berkesan dengan soto, rawon, bakso, dan sate. "Semua makanan Indonesia saya suka, diantaranya soto, rawon, bakso dan sate," ujarnya dengan logatnya yang masih cadel.(M-1)




Biodata :

Nama : Irfan Harrys Bachdim
Panggilan : Irfan
Kewarganegaraan: WNI sejak 2006
Nomor Punggung : 10
Blasteran : Belanda-Indonesia (Lawang Malang)

Lahir : Amsterdam, Belanda, 11 Agustus 1988
Postur : 174 cm/65 kg.
Posisi : Striker dan gelandang serang.
Klub Sekarang : Persema Malang sejak 9 Agustus 2010
Timnas : Timnas Indonesia sejak 4 November 2010 (nomor punggung 17)

Alamat : Jalan Taman Sulfat Kota Malang

Karier klub junior : - Akademi Sepakbola Ajax Amsterdam (1999-2001)
- SV Argon Jr (2002), FC Utrecht Jr (2003-2007)

Karier klub senior : FC Utrecht (2008-2009)
Haarlem Kennemerland FC (2009-2010),
Persema Malang (2010-sekarang)

Orangtua : Nouval Bachdim (ayah/Lawang-Malang),

Hester van Dijic (ibu/Belanda)

Anak ke : Ketiga dari empat bersaudara
Saudara : Fardy Bachdim, Nadia Bachdim (kakak), Nofri Bachdim (adik)

Pemain Favorit : Ricardo Kaka (AC Milan/Brasil)
Hobi : Dengar musik, jalan-jalan
Prestasi : Top scorer Liga Amatir Belanda U-15 2002 (25 gol, klub SV Argon Jr) dan Top Five Best Player 2002 Liga Amatir Belanda.
Dikontrak Persema : tiga tahun (2011-2013) Rp 1,2 Miliar/per tahun

No comments:

Post a Comment

indonesian supporters