Friday, April 23, 2010

80 tahun PSSI

Pada tanggal 19 April 2010 kemarin adalah hari ulang tahun organisasi sepakbola Indonesia, PSSI. Di hari itu PSSI tepat berusia 80 tahun, usia yang terbilang tak lagi muda bagi sebuah organisasi yang telah berdiri sejak era kolonial.

Berbicara mengenai PSSi tentunya tak lepas dari kemajuan sepakbola lokal. Jika boleh jujur rasanya tak ada prestasi yang dapat dibanggakan dari sepakbola lokal, kecuali juara sea games belasan tahun yang lalu. Selebihnya hanya prestasi diperhitungkan dan ditakuti. Sayang tak ada medali untuk predikat yang tersebut.

Kondisi sepakbola lokal yang memprihatinkan tentunya berbanding lurus dengan organisasi induknya, sudah menjadi rahasia umum jika NH sudah dua kali menjadi pesakitan. anehnya hingga detik ini ia tetap berkuasa di Senayan. teguran FIFA dan juga KSN yang digagas oleh SBY hanya menjadi ajang kongkow insan sepakbola lokal, selebihnya NOTHING! lalu pihak suporter di luar sana masih terus bertikai dengan ego tim masing-masing.

PSSI selalu berkelit jika ketidaktersediaan infrasturktur yang memenuhi standar menjadi biang kerok pada prestasi sepakbola lokal. Penulis pun tak sepenuhnya menyalahkan argumen tersebut, karena memang faktanya di Indonesia stadion yang memenuhi standard FIFA dapat dihitung dengan jari. Akan tetapi penulis punya perspekatif sendiri, kondisi prestasi yang anjlok tentunya terkait dengan sistem pembinaan yang diterapkan oleh PSSI

Sejak penulis kecil hingga detik ini PSSI rasanya senang dengan sistem serba instant dengan mengirimkan pemain-pemain muda ke luar negeri. Primavera dan baretti adalah salah satu contoh sistem ini, tentunya dengan prestasi yang nihil. anehnya sistem ini diulangi kembali saat mengirimkan garuda-garuda muda ke Uruguay. Sepakbola bukanlah mie instant yang begitu dimasak lalu dapat dinikmati, sepakbola adalah sistem pembinaan berjenjang dan melalui proses bertahun-tahun.

Lalu bagaimana caranya menciptakan pemain-pemain hadal tanpa perlu ikut training camp di club-club luar negeri? sudah pasti ada pada sistem liga lokal. Liga yang kompetitif tentunya akan menghasilkan pemain-pemain yang siap pakai di timnas tanpa perlu ada perbaikan skill dan fisik saat TC timnas. Namun, seperti yang diketahui liga Indonesia dikelola bak liga tarkam. tak peduli pembinaan karena hanya mementingkan bergulirnya liga dan tentunya ada perputaran uang disana. Pembatasan pemain asing yang dilakukan oleh PSSi dengan menerapkan harus ada pemain Asia di setiap tim, menurut penulis tak ada bedanya dengan sistem terdahulu karena jumlah pemain asing tetap 5 orang. alahkah bijaknya jika PSSI mewajibkan tiap klub untuk memainkan pemain-pemain muda usia 17-23, jumlahnya dapat disesuaikan agar tidak menggangu iklim kompetisi, Jika demikian, Liga yang kompetitif dan juga pembinaan dapat dilakukan secara bersama-sama.

Kemudian ada isu bahwa PSSI ingin membatasi jumlah transfer pemain di liga Indonesia. Penulis rasa hal tersebut justru kontradiktidf dengan keinginan PSSI yang ingin liga lokal memiiki nilai jual. biarkan sistem pasar yang membentuknya, karena menurut sistem ekonomi tentunya kualitas akan menentukan harga. Penulis juga berpendapat bahwa penggunaan APBD pada klub-klub lokal masih dapat diperkenankan selama dana yang dikucurkan dapat dipertanggungjawabkan guna menjamin roda kompetisi lokal. Sepakbola lokal masih belum mampu mencari sponsor yang membiayai keuangan klub, sekalipun ada tak lebih dari 70% total anggaran klub yang dibiayai oleh sponsor. jadi walau bagaimanapun APBD tetap diperlukan, akan tetapi APBD bisa benar-benar dihentikan jika liga lokal telah memiliki nilai jual, entah berap puluh tahun lagi.


Selain pembenahan sistem pembinaan, struktur organisasi dari PSSi juga perlu dilakukan revolusi. sperti yang diketahui jika beberapa orang dalam organ PSSI adalah orang-orang yang juga menajabat manajer, pemilik dsb. tentunya ini akan mengganggu netralitas dari PSSI sendiri. Sudah saatnya PSSI di usia yang telah ke-80 ini, hendaknya melakukan revolusi guna memperbaiki sistem organisasi dan sistem pembinaan sepakbola lokal. Jadikan PSSI yang memiliki citra positif di masyarakat dan bersih dari unsur-unsur KKN. Tentunya kemajuan sepakbola dalam negeri bukan hanya tanggung jawab PSSI semata, akan tetapi semua komponen yang ada di dalamnya, termasuk suporter.


SELAMAT ULANG TAHUN PSSI!

No comments:

Post a Comment

indonesian supporters