Monday, April 5, 2010

Otokritik Diri

Awalnya saya selalu berpikir bisa melakukan apapun yang dingiinkan tanpa bantuan orang lain. Berbuat yang saya hendaki tanpa peduli keberadaan lingkungan, menilai seseorang dengan parameter subjektif ataupun berbicara sebebas-bebasnya lalu berteriak ini hak saya.

Terkadang pemikiran sempit itu membawa pada spektrum hitam dan putih. Mereka akan selalu hitam dan tak akan pernah bisa berbaur dengan putih. Pernahkah terpikir tentang abu-abu? Pelangi? Atau bahkan negara Indonesia? Keanekaragaman membawa kemajemukan nan indah. Tercetus dalam diri jika beda itu absolut dan kesempurnaan itu hakiki. picik ya memang picik! Tapi itu realita sekarang yang ada diantara jiwa-jiwa yang diklaim jiwa muda. Muda atau kekanak-kanakan? Entahlah.

Cukup! Ya Cukup. Cukup sudah border dalam perspektif sempit menghinggapi dinding-dinding jiwa ini. Kita harus hapus Jarak yang sengaja kita ciptakan atau bahkan tanpa sengaja tercipta dengan angkuhnya aku, kamu, dan mereka. Cepat atau lambat waktu akan membuat aku, kamu, dan mereka meratapi masa ini, menginginkannnya kembali tapi sia-sia, mengais-ngais yang tercecer namun tak pernah satu kembali.

lalu sejenak saya tersentak, hidup adalah proses, proses dalam segala hal. tak mungkin berproses tanpa adanya suatu penilaian komparatif secara objektif, sedangkan saya tanpa ada orang lain. Jadi saya amat membutuhkan orang lain dalam segala hal dan sekecil apapun.

rasanya terlalu fana dunia ini bila saya lakukan sendiri, terlalu singkat hidup bila individualis, dan terlalu munafik bila mengacuhkan orang lain. Tak apalah saya kritik habis-habisin diri ini, karena dengan cara ini mungkin saya akan menghargai kamu, mereka, dan kalian.
Aku, Kamu, dan Mereka adalah SAMA dan saya butuh KAMU, MEREKA dan KALIAN.

No comments:

Post a Comment

indonesian supporters